Kajian Publik IPTEK 1**
(Noviar Dja’var*, M.Si)
Secara Umum, Perkembangan Analisis Kimia dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
Dahulu, Analisis Kimia diperlukan sebagai penengah antara Pemilik tambang dengan Pekerja. Pemilik tambang menginginkan hasil tambang yang sebesar-besarnya, sementara pekerja menginginkan hasil sekecil mungkin dari tambang yang diperoleh.
Munculnya ketidakpercayaan Pemilik tambang terhadap para pekerja menimbulkan konflik. Maka, diperlukan pihak penengah yang dinilai objektif dalam menentukan berapa banyak hasil tambang sebenarnya yang terkandung dalam lahan tambang. Disinilah pihak penengah itu selanjutnya disebut Analis Kimia.
1974 analisis menggunakan stoikiometri dan standardisasi, mulai dikenal metode fisiko-kimia, yakni Instrumentasi
1990an German menyatakan bahwa hasil penelitian di berbagai laboratorium dunia kacau, sehingga perlu suatu standar acuan, dikenallah CRM. Analisis berkembang menjadi kemometri yakni validasi dan kalibrasi (namun masih diseputar alat ukur)
2008: hasil analisis masih saja menunjukkan kekacauan, akibatnya kemudian sistem dimasukkan ke dalam ISO. Analisis kimia bergeser menjadi chemical in measurement. Pengukuran dan standardisasi belum merupakan hasil yang final.
(Mido Suhapri*, M.Sc)
Perbandingan jenjang, ada 9, terbagi dalam tiga kategori, yakni:
1. Operator
2. Teknisi
3. Ahli
Analis D3 berada pada kategori teknisi jenjang 5
Standar kompetensi mengacu pada keputusan menteri sehingga diperlukan dalam suatu institusi LSP P1.
Mengenai keterampilan mahasiswa AKA kalah dengan SMAK, namun dari segi teori lebih unggul (dan juga managemen)
Kesimpulan:
1. Analisis kimia semakin menjauh dari kimia analitik, sementara peran instrumen semakin besar.
2. Peran seorang Analis adalah pemantauan instrumen ekstra tinggi dengan skala galat <1%
3. Skill pengendalian analisis dipantau secara statistik.
**: diadakan pada tanggal 4 Juli 2012 pkl 16.00-18.00 bertempat di Aula Lt. 3 Kampus AKA oleh BEM IMAKA 2012-2013 melalui Kementrian IPTEK yang bersinergi dengan Kementrian Politik
*: Noviar Dja'var, M.Si merupakan pengajar berbagai instrumentasi kimia analitik di AKA (spektrofotometri, kromatrografi), Fisika Analitik, Elektrokimia. Pernah menjabat sebagai Pembantu Direktur I Bidang Akademik tahun 2000. Saat ini menjadi Koordinator Fungsionaris Dosen AKA.
*: Mido Suhapri, M.Sc merupakan pengajar di AKA bidang kimia lingkungan, AMDAL. Saat ini menjabat sebagai SPM (Penjaminan Mutu) AKA.
(Noviar Dja’var*, M.Si)
Secara Umum, Perkembangan Analisis Kimia dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
Dahulu, Analisis Kimia diperlukan sebagai penengah antara Pemilik tambang dengan Pekerja. Pemilik tambang menginginkan hasil tambang yang sebesar-besarnya, sementara pekerja menginginkan hasil sekecil mungkin dari tambang yang diperoleh.
Munculnya ketidakpercayaan Pemilik tambang terhadap para pekerja menimbulkan konflik. Maka, diperlukan pihak penengah yang dinilai objektif dalam menentukan berapa banyak hasil tambang sebenarnya yang terkandung dalam lahan tambang. Disinilah pihak penengah itu selanjutnya disebut Analis Kimia.
dahulu, seorang analis merupakan penengah,antara pemilik tambang yang menginginkan hasil sebesar-besarnya dengan pekerja yang menginginkan hasil sekecil-kecilnyaTahun 1970an FDA bermasalah
1974 analisis menggunakan stoikiometri dan standardisasi, mulai dikenal metode fisiko-kimia, yakni Instrumentasi
1990an German menyatakan bahwa hasil penelitian di berbagai laboratorium dunia kacau, sehingga perlu suatu standar acuan, dikenallah CRM. Analisis berkembang menjadi kemometri yakni validasi dan kalibrasi (namun masih diseputar alat ukur)
2008: hasil analisis masih saja menunjukkan kekacauan, akibatnya kemudian sistem dimasukkan ke dalam ISO. Analisis kimia bergeser menjadi chemical in measurement. Pengukuran dan standardisasi belum merupakan hasil yang final.
dari "stoikiometri " kepada "standardisasi", berkembang ke dalam "kemometri" dan akhirnya bergeser menjadi "chemical in measurement" (pengukuran/metrologi kimia)
(Mido Suhapri*, M.Sc)
Perbandingan jenjang, ada 9, terbagi dalam tiga kategori, yakni:
1. Operator
2. Teknisi
3. Ahli
Analis D3 berada pada kategori teknisi jenjang 5
Standar kompetensi mengacu pada keputusan menteri sehingga diperlukan dalam suatu institusi LSP P1.
Mengenai keterampilan mahasiswa AKA kalah dengan SMAK, namun dari segi teori lebih unggul (dan juga managemen)
dari segi keterampilan, harus diakui bahwa mahasiswa diploma analis kalah dari pelajar SMAK. Namun, nilai lebih mahasiswa diploma adalah teori, interpretasi data, dan juga managemen.(Noviar Dja’var*, M.Si)
Kesimpulan:
1. Analisis kimia semakin menjauh dari kimia analitik, sementara peran instrumen semakin besar.
2. Peran seorang Analis adalah pemantauan instrumen ekstra tinggi dengan skala galat <1%
3. Skill pengendalian analisis dipantau secara statistik.
**: diadakan pada tanggal 4 Juli 2012 pkl 16.00-18.00 bertempat di Aula Lt. 3 Kampus AKA oleh BEM IMAKA 2012-2013 melalui Kementrian IPTEK yang bersinergi dengan Kementrian Politik
*: Noviar Dja'var, M.Si merupakan pengajar berbagai instrumentasi kimia analitik di AKA (spektrofotometri, kromatrografi), Fisika Analitik, Elektrokimia. Pernah menjabat sebagai Pembantu Direktur I Bidang Akademik tahun 2000. Saat ini menjadi Koordinator Fungsionaris Dosen AKA.
*: Mido Suhapri, M.Sc merupakan pengajar di AKA bidang kimia lingkungan, AMDAL. Saat ini menjabat sebagai SPM (Penjaminan Mutu) AKA.
Komentar
Posting Komentar
koreksi merupakan apresiasi tertinggi untuk penulis